, ,

Sebuah Tragedi di Kebun Tampanio: Remaja 14 Tahun Ditemukan Meninggal Gantung Diri

by -108 Views
cek disini

Remaja di Talaud Meninggal Tragis: Sebuah Cerita di Balik Gantung Diri di Kebun Tampanio

News Melonguane– Sebuah kabar duka menyelimuti Desa Tarun Selatan, Kecamatan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud. Di sebuah kebun bernama Tampanio, kehidupan seorang remaja bernama Benaya (14) harus berakhir tragis. Kamis (2/10/2025) sekitar pukul 11.20 WITA, pemuda berinisial BFS itu ditemukan meninggal dunia akibat gantung diri.

Detik-Detik Penemuan yang Mengguncang

Kebun Tampanio yang biasanya sunyi, tiba-tiba menjadi pusat perhatian yang menyedihkan. Korban pertama kali ditemukan oleh keluarganya sendiri dalam keadaan tergantung di sebuah pohon dengan menggunakan tali nilon. Lokasinya berada di sekitar pantai kebun Tampanio—tempat yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, justru menjadi tempat berakhirnya sebuah kehidupan.

Baca Juga: Langkah Tegas Bupati Bolmong Tinjau Lokasi Banjir Lumpur di Area Tambang PT JRBM

“Setelah ditemukan, korban langsung diturunkan oleh saksi yang merupakan kakak kandung korban,” jelas Kapolsek Melonguane, Iptu E.V. Gagola, SH. Warga sekitar yang mengetahui kejadian ini segera melaporkannya ke pihak kepolisian.

Jejak Sebelum Tragedi

Berdasarkan keterangan ayah korban, terungkap bahwa sehari sebelum kejadian, Benaya sempat mendapat teguran terkait perbuatannya di bengkel desa. Teguran yang bagi sebagian orang mungkin terlihat biasa, ternyata membekas dalam di hati remaja 14 tahun itu.

Usai ditegur, Benaya memilih meninggalkan rumah dan tidak kembali hingga malam hari. Keputusan itu menjadi awal dari pencarian yang berakhir pilu. Keluarga bersama warga bahu-membahu melakukan pencarian, berharap menemukan Benaya dalam keadaan selamat. Namun, harapan itu pupus ketika mereka menemukan Benaya sudah tidak bernyawa.

Respons Aparat dan Keluarga

Tim kepolisian yang tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP secara profesional. Mereka memasang garis polisi dan mengamankan barang bukti berupa seutas tali nilon dan sebuah kursi plastik biru yang digunakan korban. Barang-barang ini menjadi saksi bisu dari akhir tragis seorang remaja.

Dalam keputusan yang mungkin sulit, keluarga menolak dilakukan autopsi terhadap jenazah Benaya. Keputusan ini dihormati pihak berwajib, dan jenazah pun diserahkan untuk dimakamkan sesuai tradisi dan keyakinan keluarga.

Kapolsek menegaskan, “Kasus ini murni gantung diri dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan lain pada tubuh korban.” Pernyataan ini sekaligus menutup kemungkinan adanya keterlibatan pihak lain dalam kematian Benaya.

Refleksi untuk Masyarakat

Tragedi ini mengingatkan kita semua tentang betapa rapuhnya jiwa remaja dalam masa pertumbuhan. Masa dimana mereka mencari jati diri, menghadapi tekanan, dan belajar mengelola emosi. Sebuah teguran yang bagi orang dewasa mungkin terlihat wajar, bisa menjadi beban berat bagi remaja yang sedang dalam proses pembentukan karakter.

Psikolog remaja, Dr. Anita Siregar, dalam kesempatan terpisah menyatakan, “Remaja usia 14 tahun berada dalam fase pencarian identitas yang rentan. Mereka membutuhkan pendekatan yang tepat dalam komunikasi, terutama ketika menghadapi teguran atau koreksi.”

Peringatan untuk Semua

Kasus Benaya bukanlah yang pertama dan sayangnya, mungkin bukan yang terakhir. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental remaja di Indonesia masih memprihatinkan. Di daerah terpencil seperti Kepulauan Talaud, akses terhadap layanan kesehatan mental masih sangat terbatas.

Tragedi di Kebun Tampanio ini seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak—keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah—untuk lebih memperhatikan kesehatan mental remaja. Tidak hanya di perkotaan, tetapi juga di daerah-daerah terpencil.

tokopedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.