,

Ketika Filsafat Tak Diperlukan: Krisis Kritis di Dunia Mahasiswa

by -42 Views
cek disini

News Melonguane – Di banyak kampus hari ini, filsafat seolah menjelma menjadi barang antik di museum akademik—dihormati, namun jarang disentuh. Mahasiswa lebih sibuk menyiapkan diri menghadapi dunia kerja ketimbang berhenti sejenak untuk bertanya tentang makna dari semua yang mereka pelajari.

Krisis Idealisme Mahasiswa
Ketika Filsafat Tak Diperlukan: Krisis Kritis di Dunia Mahasiswa

Di era yang serba cepat dan pragmatis ini, kampus-kampus mulai menyingkirkan ruang refleksi. Orientasi pendidikan lebih diarahkan pada keterampilan teknis, efisiensi, dan hasil instan, sementara kemampuan berpikir kritis dan reflektif pelan-pelan terpinggirkan. Filsafat—yang sejatinya merupakan jantung dari proses berpikir ilmiah—sering dianggap tidak relevan, terlalu abstrak, atau tidak “menghasilkan uang.”

Padahal, seperti yang dikatakan Socrates, “Hidup yang tidak diperiksa tidak layak dijalani.” Tanpa kemampuan bertanya dan mengkritisi, mahasiswa mudah terjebak dalam rutinitas akademik tanpa arah, menjadi sekadar “penghafal teori” alih-alih pencari kebenaran.

Baca Juga : Dekan FF UGM Siti Murtiningsih Dikukuhkan Jadi Guru Besar Filsafat Pendidikan


Krisis Kritis di Dunia Mahasiswa

Fenomena ini bukan hanya soal menurunnya minat terhadap filsafat, tetapi juga tanda krisis berpikir kritis di dunia mahasiswa. Diskusi yang seharusnya hidup di ruang-ruang kampus kini digantikan oleh lomba konten, seminar karier, atau perburuan sertifikat kompetensi.

Menurut pengamat pendidikan tinggi, Dr. Rudi Santosa, kondisi ini membuat mahasiswa kehilangan daya refleksi sosial dan moral. “Mahasiswa tidak lagi terbiasa mempertanyakan nilai dan makna. Mereka lebih fokus pada bagaimana cara cepat bekerja, bukan bagaimana berpikir dengan benar,” ujarnya.

Akibatnya, muncul generasi yang cakap secara teknis namun miskin kebijaksanaan. Mereka bisa mengoperasikan teknologi, tetapi kerap gagap menghadapi dilema etika, politik, atau kemanusiaan.


Kembalikan Filsafat ke Ruang Diskusi

Beberapa kampus kini mulai sadar akan pentingnya menghidupkan kembali tradisi berpikir kritis. Melalui kelas diskusi filsafat, komunitas baca, hingga ruang refleksi interdisipliner, mahasiswa diajak memahami bahwa belajar bukan hanya soal mencari pekerjaan, tetapi juga soal menemukan makna.

Filsafat bukan sekadar teori usang, melainkan cara berpikir yang menumbuhkan kesadaran, memperdalam kemanusiaan, dan menegakkan integritas intelektual.

Selama kampus masih mendidik manusia, bukan sekadar tenaga kerja, filsafat seharusnya tetap hidup—karena di sanalah akar dari segala pengetahuan bermula.

tokopedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.