News Melonguane – Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, politik sering kali dipersepsikan sebagai arena pertarungan kepentingan. Tidak jarang, persaingan politik melahirkan gesekan, bahkan menyisakan luka batin antarindividu maupun kelompok. Namun, jika kita kembali merujuk pada nilai-nilai luhur Pancasila, politik seharusnya menjadi ruang pengabdian, bukan ajang dendam.

Pancasila menempatkan persatuan dan keadilan sosial sebagai fondasi kehidupan berbangsa. Artinya, seluruh praktik politik hendaknya berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan pada balas-membalas kepentingan pribadi. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, mengajarkan bahwa kebersamaan jauh lebih penting daripada sekat politik sesaat. Begitu pula Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi pengingat bahwa politik mesti mengarah pada kesejahteraan semua, bukan hanya kelompok tertentu.
Baca Juga : Prabowo Subianto unggah kompilasi pidato Presiden masa ke masa soal Pancasila
Menghadirkan politik tanpa dendam berarti mendorong budaya demokrasi yang sehat. Perbedaan pilihan tidak boleh menjadikan lawan politik sebagai musuh abadi. Di sinilah peran negara dan elite politik sangat krusial. Elite yang mencontohkan sikap saling menghargai dan merangkul lawan politik akan menumbuhkan atmosfer kebangsaan yang lebih inklusif. Sebaliknya, jika elite terus memupuk kebencian, masyarakat di akar rumput pun rawan terbelah.
Lebih jauh, politik tanpa dendam sejalan dengan semangat musyawarah untuk mufakat sebagaimana tercantum dalam Sila Keempat. Musyawarah menuntut keterbukaan, kesediaan mendengar, dan mencari titik temu. Dalam praktiknya, bisa saja terjadi perbedaan pandangan, tetapi perbedaan itu justru memperkaya gagasan dalam mencari solusi terbaik.
Kini, ketika bangsa menghadapi tantangan besar mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga teknologi, sudah saatnya energi politik difokuskan pada kolaborasi. Menjadikan Pancasila sebagai pedoman bukan hanya jargon, melainkan kompas moral yang mencegah politik berubah menjadi ajang permusuhan.
Dengan mengamalkan Pancasila secara konsisten, politik Indonesia bisa tampil lebih bermartabat: bebas dari dendam, sarat dengan gagasan, dan berorientasi pada pengabdian untuk rakyat. Inilah esensi politik yang sesungguhnya—politik sebagai jalan menuju persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bersama.